SELAMAT DATANG DI BLOG PUSKESMAS WANASARI DINKES KAB. BEKASI

Jumat, 10 Juni 2011

           PENANGANAN BALITA GIZI BURUK DI PUSKESMAS WANASARI
           
           Oleh : Marly Apandi
           Seksi Gizi PKM Wanasari 


Gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang masih perlu ditanggulangi secara terpadu oleh berbagai sektor. Masalah gizi utama yang dihadapi masyarakat di Indonesia adalah gangguan akibat kekurangan iodium (GAKY), Anemia gizi besi (AGB), Kurang energi Protein (KEP) dan kekurangan Vitamin A (KVA). Salah satu faktor yang melatar belakangi timbulnya masalah tersebut adalah masyarakat kurang memiliki pengetahuan dan adanya keterbiasan yang salah terhadap konsumsi makanan. Masalah gizi menjadi bertambah luas dan kompleks karena tingkat penghasilan penduduk yang masih rendah. Keadaan ini akan berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia. Pemerintah selama lebih dari 35 tahun telah melakukan upaya perbaikan gizi masyarakat secara intensif untuk mengatasi masalah gizi tersebut. Upaya perbaian gizi masyarakat diarahkan kepada kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi yaitu anak balita, ibu hamil, ibu menyusui dan golongan usla lanjut. Penanggulangan masalah gizi masyarakat perlu dilaksanakan sedini mungkin melalui perbaikan gizi ibu waktu hamil agar dapat menaikkan berat badan bayi waktu lahir, pertumbuhan anak yang lebih baik dan pencegahan masalah gizi kurang dan lebih diusia dewasa. Oleh karena itu penanggulangan masalah gizi melalui intervensi gizi kepada balita yang menderita gizi kurang gizi sangat diperlukan. 

Kurang gizi pada anak akan mengakibatkan efek yang berkelanjutan diantaranya pertumbuhan badan anak sampai dewasa terhambat, perkembangan kecerdasan terganggu, rentan terhadap penyakit-penyakit infeksi akut dan kronis serta menyebabkan kematian bila tidak dirawat dengan serius. Data dari WHO menunjukkan bahwa 54% angka kesakitan pada balita disebabkan karena kurang gizi. Lebih jauh lagi angka kesakitan akan meningkat yang akan menyebabkan meningkatnya biaya kesehatan dan angka kematian meningkat menyebabkan menurunnya angka Indeks Pembangunan Manusia. Berdasarkan hasil penimbangan balita selama kurun waktu januari – april 2011, diketahui bahwa terdapat 9 balita yang termasuk kategori gizi buruk di wilayah kerja puskesmas Wanasari. Maka berdasarkan data tersebut, diperlukan  intervensi sesegera mungkin, guna menangani masalah tersebut. Pemberian makanan tambahan kepada balita kurang gizi khususnya balita gizi buruk dari keluarga tidak mampu dapat membantu menurunkan jumlah balita gizi buruk dan hal ini secara tidak langsung mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan meningkatkan indeks pembangunan manusia Kabupaten Bekasi.

Penanganan balita gizi buruk di Puskesmas Wanasari sudah dilakukan terhadap 9 balita gizi buruk. Adapun penanganan tersebut dilakukan dengan cara pemberian PMT-P selama 90 hari, yang terdiri dari susu, biskuit dan madu khusus balita yang disesuaikan dengan masing-masing kasus. Penanganan kasus balita gizi buruk ini dibagi menjadi 2 golongan. Yaitu :
1.      Berat badan balita pada awal ditemukan < 7 kg.
Pada kasus seperti ini, awal pemberian PMT adalah berupa makanan cair, yaitu menggunakan formula modisco, dimana pemberian formula ini dilakukan selama 1 bulan pertama. Setiap hari, balita hanya diberikan formula modisco dan madu balita, yang disesuaikan dengan kebutuhan gizi balita tersebut. bila berat badan sudah mencapai lebih dari 7 kg, maka pada bulan kedua, balita tidak lagi diberikan makanan formula, tapi mulai diberikan susu, biskuit, dan madu balita. Di puskesmas Wanasari sendiri, ada 1 kasus balita gizi buruk yang mendapat penanganan seperti ini.  Saat ini pemberian PMT sudah berjalan selama 2 bulan. Sementara didapatkan kenaikan BB yang signifikan pada awal pemberian hingga saat ini, dimana BB awal pemberian adalah 6,1 kg meningkat setelah pemberian PMT, menjadi 7,2 kg pada bulan kedua.
2.      Berat badan balita pada awal ditemukan > 7 kg.
Pada kasus seperti ini, balita mendapat PMT berupa susu, biskuit dan madu balita, yang disesuaikan dengan kebutuhan gizi masing-masing balita. Untuk sementara, di puskesmas wanasari ada 8 orang balita yang baru mendapatkan PMT balita gizi buruk.

Untuk menangani permasalahan gizi buruk, terdapat beberapa kendala, yaitu kesulitan pendataan dan pendanaan PMT  balita gizi buruk. Untuk mengatasi permasalahan itu dibentuklah jejaring informasi yang baik dengan para kader Posyandu dalam melacak balita gizi buruk, membuat program bapak/ibu asuh bagi Gizi Buruk.

Dari 9 balita gizi buruk yang ada, 1 orang ditangani dengan menggunakan dana jamkesmas, dan 8 orang lagi menggunakan dana dari kemitraan dengan perusahaan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Wanasari  melalu program Bapak/Ibu Asuh.


1 komentar:

nano mengatakan...

informasi diatas sangat penting untuk diketahui masyarakat, agar masyarakat tidak segan segan atau takut melaporkan kondisi Balita gizi buruk yang ada di daerahnya. Semoga perbaikan Gizi kepada Balita akan membentuk masyarakat yang sehat.

Posting Komentar